Kali ini saya akan berbicara sedikit tentang eyeshadow Revlon : Rich Temptations. Awalnya saya membeli eyeshadow ini karena terpaksa untuk syarat wajib mengikuti lomba makeup. Warna-warnanya cukup menarik, tapi menurut saya tidak 'pigmented'. Mungkin hanya warna ungu dan ungu tua yang bisa dibilang cukup 'pigmented'. Yang lainnya menurut saya kurang 'nyata'. Butuh berkali-kali oles untuk dapetin warna yang sesuai seperti gambar diatas. In my opinion teksturnya agak kasar juga. Sangat disayangkan banget padahal warna hijau kebiruannya unik. Semoga palet-palet di series yang lain bisa lebih 'pigmented' ya... :)



Don’t Judge The Book From Its Cover, but Packaging Is Important. Ketika sedang berbelanja di swalayan yang berlogokan singa merah, saya berlalu menuju rak sabun dsb. Dari sekian banyak produk lulur, sabun, dkk yang sedang bersaing mencari perhatian, ke produk inilah mata saya langsung tertuju. Tidak mencolok, tapi kemasannya membuat saya tidak berpikir 2x untuk langsung membelinya. Saya tidak peduli apakah produk itu efektif atau tidak. Kemasannya benar-benar bagus (amazed banget sampai saya puji-puji kemasan ini di depan ibu saya), dan bisa saya bilang paling bagus diantara semua kemasan lulur di deretan itu. Pasti banyak di luar sana produk lulur yang memiliki kemasan super bagus, tapi bukan itu yang mendasari saya berkata demikian. Pemikiran bahwa biasanya produk yang kemasannya cantik adalah produk-produk premium dengan target market kalangan tertentu, tapi kali ini saya menemukan kemasan cantik ini pada rak swalayan yang bisa dilihat dan dibeli semua kalangan. Sampai rumah pun saya foto untuk bisa saya share di blog :)

Beberapa hari kemudian saya mencoba lulur ini. Teksturnya beda dengan lulur pada umumnya. Scrub(bengkoang)nya seperti potongan bengkoang asli. Karena kekentalan  tekstur (apa ya kata-kata lebih tepatnya?) yang tidak biasa, agak aneh saat pertama coba oles. Tapi setelah meresap, gosok, dan ternyata daya membersihkannya cukup baik. 

Aroma : A
Daya membersihkan : A-
Tekstur : A-
Kemasan : A

(aduh, kurang baik apalagi coba saya kalo jadi dosen :D )

Sekian review saya :)

Disclaimer : I’m not affiliated with this product or the company. It based on my own opinion


Nah, buku ini nih yg ngalihin pikiran saya saat sedih. Sebenernya sudah dari beberapa bulan lalu saya ingin mem-preview tentang buku ini, tapi baru sempet. hehe. Kenapa bisa beli buku ini sih? Don’t judge the book from its cover, but first impression is important (ini ngomong apa sih). Rencana awalnya sih mau beli novel. Pas lagi liat-liat di rak bagian novel pandangan saya teralihkan oleh cover+ilustrasi yg lucu. Ketika melihat sekelebat isinya sepertinya lucu, dengan ilustrasi yang lucu pula. Langsung deh saya boyong ke rumah (alias udah beli ye, bukannya nilep :p)

Buku ini berisi lelucon dan pengalaman si penulis di masa sekolahnya. Saya menyelesaikan membaca buku ini hanya dengan 2 hari 1 malam saking excitednya. Rekor banget, biasa saya menyelesaikan 1 buku saja bisa sampai berminggu-minggu.

Waktu itu kakak saya komentar setelah sedikit membaca buku ini. Katanya ngapain saya beli buku itu, bermanfaat-enggak, lucu-juga enggak. Ya ya ya, mungkin joke semacam itu ga cocok untuk orang yg umurnya lebih tua 6 tahun dari saya. Atau mungkin saya org yg bertipe jayus juga, atau selera humor saya tinggi (atau malah rendah?), atau mungkin saat itu kondisi hati saya sedang pilu dan memang membutuhkan hiburan berupa humor.

Sekian review saya tentang Itik Bali (apa yg direview?)
Intinya, menurut saya buku ini bisa bikin ngakak :D